Profil


Ramzi Murziqin, lahir di Sigli, Pidie, 1986. Sebuah kota yang terletak 112 km di sebelah timur Banda Aceh, pada zamannya wilayah ini sangat dikenal karena terdapat sebuah bengkel kereta api terbesar di Aceh, sayangnya kota ini tak lagi seramai dulu. Tepat di pusat kota ini saya menyelesaikan pendidikan sekolah tingkat kanak-kanak dan dasar (SD).

Setamat dari SDN. 03 Sigli, saya melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah di sebuah pesantren ternama di Pidie pada awalnya, Dayah Jeumala Amal, beralamat di Meunasah Keude, Kecamatan Bandar Baru. kala itu para santri menyingkatnya dengan sebutan DJA. Namun saat ini, DJA tidak lagi milik Pidie melainkan masuk ke wilayah Pidie Jaya yang dimekarkan dari kabupaten induknya pada tanggal 02 Januari 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007.

Tahun 2004, saya lulus di Fakultas Syari'ah yang merupakan cikal bakal lahirnya IAIN Ar Raniry sebuah Perguruan tinggi ternama yang terletak dipersada tanah iskandar muda, digelar kota Darussalam berdiri sejak tahun 1960. Nama perguruan disematkan dari nama seorang Ulama penasehat Kesultanan Aceh yang sangat berpengaruh pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Tsani (Iskandar II), memerintah tahun 1637-1641. Nama lengkap Mufti tersebut adalah Syeikh Nuruddin Ar-Raniry yang berasal dari Ranir (sekarang Rander) di Gujarat, India. Diusianya yang ke 50 tahin, tepat pada tanggal 05 Oktober 2013 kampus ini telah mengkonversikan namanya dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar Raniry kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry. Disinilah saya menjalani pendidikan Strata Satu (S1) hingga diwisuda tahun 2010, ± 6 tahun mengemban status sebagai mahasiswa strata satu. Semenjak lulus, saya ditawari oleh Prof. Dr. Syahrizal Abbas, M.A untuk menjadi asistennya sebagai tenaga pengajar yang mengampu mata kuliah yang diembankan beliau.

Akhir tahun 2010, saya berangkat ke Daerah Istimewa Yogyakarta untuk studi pascasarjana di Universitas Gadjah Mada (UGM), program studi Politik dan Pemerintah, konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah. Usai menjalani studi, saya kembali ke Aceh dan aktif mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Syiah Kuala dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry sampai sekarang. Dalam Pemilu Tahun 2014, saya ditugaskan oleh CENTER for LEAD yang bekerja sama dengan Institute for Research and Empowerment (IRE) sebagai peneliti. Di tahun yang sama saya juga ditugaskan oleh PSKP Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bekerjasama dengan Medco Block A melakukan penelitan tentang Kerawanan Konflik terkait Manajemen SDA di Aceh.

Di akhir tahun 2014, tepatnya paska seluruh tahapan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden telah usai, saya mulai bergabung di lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang diberi kewenangan oleh untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di Aceh, lahir secara permanen (amanat UU No. 15 Tahun 2011) sejak dilantik dan disumpah 3 (tiga) orang anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Aceh oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 15 April 2013 atau telah memasuki Tahapan Masa Pencalonan/pendaftaran calon Anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota. Sampai sekarang saya masih aktif bertugas di lembaga ini melaksanakan asistensi terhadap anggota Bawaslu Aceh dalam melakukan berbagai pengawasan yang berkenaan dengan pemilihan umum.